K.Y.M

Architect

Principal

Freelancer

Urban

I'm Kusuma Yuda Ma'ruf,S.Arc,
Architect & Principal
from Banjarmasin, Indonesia.

I have rich experience in Architect design & building and customization. Feel free to contact me writing an email with your project idea.

What I Do
UI/UX Design

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Brand Identity

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Web Design

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Mobile Apps

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Analytics

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Photography

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Recent Works

Rumah Bubungan Tinggi

Tampak Samping Rumah Banjar Bubungan Tinggi
Rumah Bubungan Tinggi merupakan rumah adat banjar yang mempunyai tingkatan kasta tertinggi dari seluruh tipe rumah adat banjar yang ada. Rumah Bubungan Tinggi berfungsi sebagai tempat tinggal Sultan Banjar.

Menurut Seman (2001) cirri-ciri Rumah Bubungan Tinggi adalah sebagai berikut:
1.Tubuh bangunan besar yang memanjang lurus ke depan sebagai bangunan induk serta memiliki tiang-tiang yang tinggi.
2.Bagian bangunan yang tampak seperti menempel pada bangunan kiri dan kanan agak kebelakang disebut “Anjung”. Dalam istilah banjar konstruksi ini disebut “Pisang Sasikat” (Pisang Sesisir).
3.Bubungan atap tinggi melancip tersebut disebut “Bubungan Tinggi” dengan konstruksi atap pelana (Zadeldak) yang membentuk sudut sekitar 45 derajat.
4.Bangunan atap yang memanjang kedepan disebut atap “Sindang Langit” dengan konstruksi atap sengkuap (Lessen Aardak).
5.Bubungan atap bagian yang menurun kebelakang disebut atap “Hambin Awan” dengan konstruksi atap sengkuap.


Denah Rumah Banjar Bubungan Tinggi
 Rumah adat banjar tipe Bubungan Tinggi sebagai salah satu bentuk kebudayaan masyarakat selalu mengalami perkembangan. Perkembangan ini sangat dipengaruhi keadaaan sosial budaya masyarakat pada saat itu. Seperti yang terjadi pada rumah banjar tipe Bubungan Tinggi, rumah adat ini mengalami perkembangan setelah kerajaan Banjar runtuh.

Setelah kerajaan Banjar runtuh, mulai terjadi perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Status sosial tertinggi tidak lagi dimiliki oleh kesultanan Banjar. Orang-orang yang mampu dan berperan penting dalam masyarakat mempunyai status sosial yang tinggi walaupun ia bukan dari keluarga kerajaan. Perubahan mulai terjadi di segala bidang salah satunya adalah bidang Arsitektur. Rumah Bubungan Tinggi yang semulanya menjadi tempat tinggal Sultan Banjar mulai dibangun oleh masyarakat biasa yang mampu. Rumah Banjar mulai dibangun oleh para pedagang, petani kaya dan tokoh masyarakat yang mampu. Dari sinilah terjadi suatu proses desakralisasi dalam Rumah Bubungan Tinggi. Rumah Bubungan Tinggi mulai dibangun berdasyarkan keinginan dan kebutuhan pemilik dalam mengekspresikan diri.

Fenomena tersebut dapat dilihat dari beberapa rumah banjar yang dibangun pada akhir abad ke 19. Rumah Bubungan Tinggi rata-rata dibangun oleh masyarakat dari beberapa golongan sperti saudagar, kepala Qadi, kepala distrik dan keturunan kerajaan Banjar.

Hal tersebut dapat kita lihat pada beberapa varian rumah Bubungan Tinggi yang ada dibeberapa. Seperti rumah Bubungan Tinggi  Karamat Baru dibangun pada tahun 1882 oleh H. Hasyim, beliau bukan dari keluarga banjar, demikian juga Rumah Bubungan Tinggi di keratin yang dibangun pada tahun 1850 oleh Sa’aludin beliau adalah seorang kepala Qadi (Kepala Kantor Urusan Agama Islam).
Contoh lain juga dapat kita temui pada rumah Bubungan Tinggi yang ada di Sungai Jingah, rumah ini dibangun oleh penduduk setempat yang masih keluarga Raja Banjar, rumah ini dibangun pada tahun 1891. Tidak jauh berbeda dengan rumah Bubungan Tinggi di Marabahan yang dibangun oleh kakek dari Mawarni sekitar tahun 1875.

Dalam perkembangannya Arsitektur Rumah Bubungan Tinggi terus mengalami perubahan. Perubahan pada arsitektur rumah Bubungan Tinggi meliputi tiga elemen bangunan yaitu Tata ruan, Struktur, dan Ragam Hias (Ornamen).
Peninggalan Bangunan Rumah Banjar Bubungan Tinggi

1.1.Tata Ruang Rumah Bubungan Tinggi
Seiring dengan perkembangan kebudayaan masyarakat banjar, penataan dan kebutuhan ruang rumah Bubungan Tinggi terus mengalami perubahan. Namun perubahan pada aspek ini tidak terlalu signifikan. Ruang-ruang pokok seperti pelataran, penampik besar, palindangan, anjung dan penampik bawah dalam rumah Bubungan Tinggi tetap dipertahankan. Meski demikian, perubahan dan perkembangan ini mampu membentuk varian-varian yang dapat menambah keberagaman dalam arsitektur Banjar.

Varian pertama dapat ditemui pada Rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Jalan Panglima Wangkang Rt. VIII No. 37 Marabahan. Rumah tersebut mengalami perubahan pola dasar tata ruang yang terlihat jelas pada anjung. Posisi anjung pada rumah ini berada pada penampik besar dan palindanga. Menurut seman (2001), bahwa anjung seharusnya berada di kanan dan kiri palindangan serta mempunyai batas baik berupa air guci maupun perbedaan ketinggia. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi anjung sebagai ruang privasi bagi pemilik rumah dan sebagai ruang paling sacral dalam rumah bubungan tinggi. Namun pada rumah ini anjung sudah mengalami desakralisasi ruang dengan terjadinya perubahan letak dan ketinggian.
penambahan ornamen pada batas anjung rumah bubungan tinggi
Dari segi tampilan denahpun rumah Bubungan Tinggi RT. VIII No. 37 Marabahan mempunyai denah yang tidak proposional pada bagian tengah bangunan yang meliputi pelataran, penampik besar, palindangan, penampik bawah, padapuran dan ruang tambahan lebih dominan dibandingkan anjung yang terletak di kedua sisinya.
Denah Rumah Banjar Bubungan Tinggi di Marabahan
Selain menglami perubahan pola dasar tata ruang, dalam perkembanganya rumah Bubungan Tinggi juga mengalami penambahan ruang-ruang tanpa melakukan perubahan dasar denah rumah tersebut. Pola penambahan ruang terdapat pada beberapa varian rumah Bubungan Tinggi yang terdapat pada di Keluraha Keraton, Cempaka, dan Keramat Baru, ketiga rumah tersebut mengalami penambahan baik berupa kamar, pedapuran maupun kamar mandi atau toilet.

Rumah Bubungan Tinggi di Cempaka-Keraton-Keramat Baru
Dari ketiga denah yang disajikan terlihat adanya perbedaan pola penambahan ruang pada masing-masing rumah namun pola dasar utama denah adalah pola dengan tata ruang cacak burung (area yang diarsir).
Rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Cempaka mengalami penambahan ruang pada bagian belakang berupa kamar tidur, dapur, dan kamar mandi atau toilet. Demikian juga yang terjadi pada rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Keramat Baru, penambahan bangunan lebih dominan kea rah samping kanan, penambahan tersebut berupa dapur, pembasuhan, dan kamar mandi.
Penambahan ruang terbesar terjadi pada Rumah Bubungan Tinggi yang terletak di kelurahan Keraton, namun ruang-ruang tambahan tidak jauh berbeda fungsinya seperti rumah di Cempaka maupun di Keramat Baru yaitu berbeda dengan ketiga varian pada rumah Bubungan Tinggi sebelumnya, ketiga varian yang terletak di Sungai Jingah, Teluk Selong, dan Marabahan menampilkan Rumah Bubungan Tinggi yang masih asli dan tidak mengalami perubahan dan penambahan ruang bentuk denah dan susunan ruang pada ketiga rumah ini tetap mengacu kepada bentuk denah dasar rumah Bubungan Tinggi.
Rumah Bubungan Tinggi di Sungai Jingah-Teluk Selong-Marabahan
Rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Desa Teluk Selong ini memiliki pola ruang terdiri atas peletaran, penampik kecil, penampik besar, palindangan, anjung, dan penampik bawah dan pedapuran kemudian dilengkapi dengan karawat serta paciran. Rumah yang sudah menjadi benda cagar budaya ini masih tampak keaslianya.

Demikian halnya rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Sungai Jingah. Rumah yang telah dijadikan pemerintah Kotamadya Banjarmasin sebagai Museum ini mempunyai susunan ruang yang sama dengan rumah Bubungan Tinggi Teluk Selong. Perbedaannya hanya  terdapatnya tangga hadapan dan tangga belakang pada rumah Bubungan Tinggi Sungai Jingah yang tidak dimiliki oleh Bubungan Tinggi di Teluk Selong.

Pola denah dengan bentuk cacak burung juga dapat terlihat pada rumah Bubungan Tinggi di Marabahan. Perbedaan terlihat pada letak dan jumlah tangga, pada rumah ini terdapat empat buah tangga yaitu tangga hadapan , tangga belakang, dan dua buah tangga samping.
Walaupun terdapat perbedaan pada tiga rumah ini, namun dapat disimpulkan bahwa ketiganya merupakan contoh rumah bangunan Bubungan Tinggi yang masih tampak keaslianya terutama dari segi pola tata ruangnya.
1.2.Struktur Rumah Bubungan Tinggi
Struktur Rumah Bubungan Tinggi dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu kaki bangunan (pondasi), badan bangunan (rangka dan dinding), serta kepala bangunan (konstruksi atap). System yang digunakan untuk membentuk konstruksi tersebut umumnya menggunakan system barasuk dan diperkuat dengan system sunduk. Pada beberapa varian rumah Bubungan Tinggi menggunakan system konstruksi yang menggunakan teknologi yang lebih maju pada zamannya, yaitu menggunakan system paku dan engsel. Kalimantan Selatan kaya akan hasil alamnya, oleh karena itu bahan yang dominan dipakai untuk mendirikan rumah Bubungan Tinggi menggunakan kayu Ulin yang mempunyai ketahanan lama.

A.Sistem Pondasi
Sistem Pondasi yang digunakan pada rumah Bubungan Tinggi umumnya masih menggunakan beberapa sistem pondasi tanah rawa seperti sistem pondasi tiang pancang, kaca puri maupun pondasi batang besar. Sistem pondasi tersebut dipasang dengan sistem berasuk dan dilengkapi pula dengan sunduk.
SIstem Struktur Balok Berasuk dan Sunduk

Menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang lembab, rumah Bubungan Tinggi umumnya menggunakan sistem panggung. Dengan menggunakan sistem ini, maka kelembabapan udara dalam rumah dapat dikurangi sehingga struktur rumah juga tahan lama.


B.Struktur Kolom dan Balok
Seperti halnya sistem pondasi, sambungan balok dan kolom pada rumah Bubungan Tinggi juga menggunakan sistem berasuk dan sunduk. Rangka bangunan tersebut dipadukan dengan pahatan antara balok yang satu dengan balok yang lainnya sehingga menciptakan adanya pertautan atau sambungan balok yang sangat kuat. Sistem sunduk  atau disebut pula dengan sistem pasak dipergunakan untuk memperkuat sistem berasuk  tersebut sebagai suatu alternative dari penggunaan paku. Ketahanan dengan menggunakan pasak ulin lebih awet dibandingkan dengan menggunakan paku.
Sistem Struktur Barasuk dan Sunduk

Sistem Struktur Barasuk dan Sunduk

Sistem Struktur Barasuk dan Sunduk

 C.Konstruksi Pintu
Pada rumah Bubungan Tinggi konstruksi yang digunakan pada pintu ummunya menggunakan sistem jalu-jalu dan sasunduk tupai-tupai. Sistem ini memang lazim dipakai digunakan  pada rumah-rumah Banjar yang dibangun pada masa lalu. Pada sistem ini digunakan mata uang baik perak maupun tembaga dipasang pada ujung poros lawang untuk mempermudah berputarnya daun-daun lawang.
Adapun pada bagian pengunci penggunaan sistem sunduk dangan nama sasunduk tuapi-tupai.

Konstruksi Pintu Rumah Bubungan Tinggi

 D.Konstruksi Jendela
Jendela pada rumah-rumah Bubungan Tinggi biasanya mempunyai  jarajak dengan jumlah ganjil. Misalnya berjumlah tujuh atau sembulan jarajak. Sebagian rumah Bubungan Tinggi mempunyai jendela dengan kanopi kecil. Kanopi ini berfungsi pula untuk mengurangi  panas matahari yang masuk.


KLASIFIKASI RUMAH BANJAR ADA 11 MACAM

11 Klasifikasi Rumah Adat Banjar
11 Klasifikasi Rumah Banjar
Dihapuskanya Kerajaan Banjar pada tanggal 11 Juni 1860 (Artha, 1970:9) oleh Pemerintah Belanda, membawa konsekwensi terhadap system pemerintahan dan kehidupan social budaya masyarakat. Aturan hirarki kepemilikan rumah adat tidak lagi menjadi acuan baku pada kenyataan yang ditemukan sekarang. Misalnya saja kepemilikan Rumah Adat Banjar tipe Bumbungan Tinggi yang hanya diperuntukan untuk raja dan pangeran tidak lagi berlaku secara baku. Masyarakat yang memiliki kemampuan fianansial dapat saja membangun tempat tinggalnya dengan tipe rumah adat yang diinginkannya. Walaupun demikian hirarki kepemilikan tetap ada yang didasarkan pada hirarki hubungan darah kekeluargaan, bukan dasar keningratan lagi.

Terjadinya degradasi kepemilikan ini juga memberikan dampak adanya perubahan-perubahan bentuk, tata ruang maupun keragaman ornament. Pada akhirnya melahirkan varian-varian yang berkembang dalam arsitektur banjar dini hari.

Seiring dengan perkembangan zaman tipe arsitektur Rumah Adat Banjar sudah sangat jarang ditemui. Yang ada hanya merupakan peninggalan masa lalu yang lapuk oleh usia. Dalam beberapa tahun mendatang anak cucu masyarakat banjar hanya mengetahui arsitektur banjar dari cerita, kisah-kisah yang kurang factual. Oleh sebab itulah penulis ingin mengungkapkan dalam ruang dan matra yang lebih  detail dan factual, sehingga akan memberi penjelasan yang lebih rinci di kemudian hari.

Pada masa sekarang keinginan untuk mentransformasikan bentuk bangunan masa lalu (arsitektur vernacular) tampak sangan kuat dengan berbagai varian-varian pada bangunan modern di Kota Banjarmasin seperti Kantor Pemerintahan, Rumah Sakit, Gedung Serbaguna dll. Bangunan-bangunan tersebut mengadopsi gaya rumah adat banjar, misalnya dengan mengaplikasikan bentuk atap, ornament, dan tat ruang. Karakteristik bangunan tidak seluruhnya diadopsi dari desain asli rumah adat Banjar, namun mengalami proses gubahan bentuk yang dipadukan dengan gaya arsitektur moder secara tersurat ataupun tersirat sehingga tetpa mencerminkan karakteristik lokal.

Tulisan ini akan menguraikan tentang Arsitektur Vernakular Kalimantan Selatan dengan berbagai varian dan bentuk-bentuk aplikasi pada bangunan modern yang diolah dari berbagai sumber dan dilengkapi dengan gambar denah dan dokumentasi photo serta lokasi bangunan. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi data base yang mampu merekam secara dua dimensional maupun tiga dimensional Arsitektur Vernakular Kalimantan Selatan.

Dengan beragamnya, hasil kebudayaan yang berupa Arsitektur Vernakular Kalimantan Selatan ini maka sudah semestinya dilakukan invetarisasi yang salah satu tujuanya adalah merekam hasil karya tersebut ke dalam bentuk atau media yang mudah dan informatif bagi masyarakat secara umum. Rekaman karya ini akan menjadi media pembelajaran dan pendidikan kepada generasi mendatang dan patut menjadi acuan dalam pengembangan lingkungan binaan yang lebih memperhatikan image lokal.

Pada kajian yang telah dilakukan terdahulu, elemen-elemen bangunan yang dominan menjadi kekhasan dalam arsitektur vernacular adalah meliputi elemen tata ruang, bentuk, ornament dan struktur.

Pada Arsitektur Banjar, kekhasan elemen-elemen tersebut memeberikan klasifikasi tipe rumah adat banjar menjadi 11 macam (Syamsiar Seman 2001:4) :
1. Rumah Adat Banjar tipe Bubungan Tinggi
2. Rumah Adat Banjar tipe Gajah Baliku
3. Rumah Adat banjar tipe Gajah Manyusu
4. Rumah Adat banjar tipe Balai Laki
5. Rumah Adat banjar tipe Balai Bini
6. Rumah Adat banjar tipe Palimasan
7. Rumah Adat banjar tipe Palimbangan
8. Rumah Adat banjar tipe Cacak Burung
    atau Anjung Sarung
9. Rumah Adat banjar tipe Tadah Alas
10. Rumah Adat banjar tipe Joglo
11. Rumah Adat banjar tipe Lanting

(sumber: Anhar, Pakhri. 2010. Inventarisasi Arsitektur Banjar. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat Press.)
Contact Me

Cari Blog Ini

Adress/Street

jl. HKSN, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin

Phone number

+62 831 4376 0686

Website

www.kym-architect.com