KLASIFIKASI RUMAH BANJAR ADA 11 MACAM
11 Klasifikasi Rumah Banjar |
Dihapuskanya Kerajaan Banjar pada tanggal 11 Juni 1860 (Artha, 1970:9) oleh Pemerintah Belanda, membawa konsekwensi terhadap system pemerintahan dan kehidupan social budaya masyarakat. Aturan hirarki kepemilikan rumah adat tidak lagi menjadi acuan baku pada kenyataan yang ditemukan sekarang. Misalnya saja kepemilikan Rumah Adat Banjar tipe Bumbungan Tinggi yang hanya diperuntukan untuk raja dan pangeran tidak lagi berlaku secara baku. Masyarakat yang memiliki kemampuan fianansial dapat saja membangun tempat tinggalnya dengan tipe rumah adat yang diinginkannya. Walaupun demikian hirarki kepemilikan tetap ada yang didasarkan pada hirarki hubungan darah kekeluargaan, bukan dasar keningratan lagi.
Terjadinya degradasi kepemilikan ini juga memberikan dampak adanya perubahan-perubahan bentuk, tata ruang maupun keragaman ornament. Pada akhirnya melahirkan varian-varian yang berkembang dalam arsitektur banjar dini hari.
Seiring dengan perkembangan zaman tipe arsitektur Rumah Adat Banjar sudah sangat jarang ditemui. Yang ada hanya merupakan peninggalan masa lalu yang lapuk oleh usia. Dalam beberapa tahun mendatang anak cucu masyarakat banjar hanya mengetahui arsitektur banjar dari cerita, kisah-kisah yang kurang factual. Oleh sebab itulah penulis ingin mengungkapkan dalam ruang dan matra yang lebih detail dan factual, sehingga akan memberi penjelasan yang lebih rinci di kemudian hari.
Pada masa sekarang keinginan untuk mentransformasikan bentuk bangunan masa lalu (arsitektur vernacular) tampak sangan kuat dengan berbagai varian-varian pada bangunan modern di Kota Banjarmasin seperti Kantor Pemerintahan, Rumah Sakit, Gedung Serbaguna dll. Bangunan-bangunan tersebut mengadopsi gaya rumah adat banjar, misalnya dengan mengaplikasikan bentuk atap, ornament, dan tat ruang. Karakteristik bangunan tidak seluruhnya diadopsi dari desain asli rumah adat Banjar, namun mengalami proses gubahan bentuk yang dipadukan dengan gaya arsitektur moder secara tersurat ataupun tersirat sehingga tetpa mencerminkan karakteristik lokal.
Tulisan ini akan menguraikan tentang Arsitektur Vernakular Kalimantan Selatan dengan berbagai varian dan bentuk-bentuk aplikasi pada bangunan modern yang diolah dari berbagai sumber dan dilengkapi dengan gambar denah dan dokumentasi photo serta lokasi bangunan. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi data base yang mampu merekam secara dua dimensional maupun tiga dimensional Arsitektur Vernakular Kalimantan Selatan.
Dengan beragamnya, hasil kebudayaan yang berupa Arsitektur Vernakular Kalimantan Selatan ini maka sudah semestinya dilakukan invetarisasi yang salah satu tujuanya adalah merekam hasil karya tersebut ke dalam bentuk atau media yang mudah dan informatif bagi masyarakat secara umum. Rekaman karya ini akan menjadi media pembelajaran dan pendidikan kepada generasi mendatang dan patut menjadi acuan dalam pengembangan lingkungan binaan yang lebih memperhatikan image lokal.
Pada kajian yang telah dilakukan terdahulu, elemen-elemen bangunan yang dominan menjadi kekhasan dalam arsitektur vernacular adalah meliputi elemen tata ruang, bentuk, ornament dan struktur.
Pada Arsitektur Banjar, kekhasan elemen-elemen tersebut memeberikan klasifikasi tipe rumah adat banjar menjadi 11 macam (Syamsiar Seman 2001:4) :
1. Rumah Adat Banjar tipe Bubungan Tinggi
2. Rumah Adat Banjar tipe Gajah Baliku
3. Rumah Adat banjar tipe Gajah Manyusu
4. Rumah Adat banjar tipe Balai Laki
5. Rumah Adat banjar tipe Balai Bini
6. Rumah Adat banjar tipe Palimasan
7. Rumah Adat banjar tipe Palimbangan
8. Rumah Adat banjar tipe Cacak Burung
atau Anjung Sarung
9. Rumah Adat banjar tipe Tadah Alas
10. Rumah Adat banjar tipe Joglo
11. Rumah Adat banjar tipe Lanting
(sumber: Anhar, Pakhri. 2010. Inventarisasi Arsitektur Banjar. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat Press.)
0 komentar:
Posting Komentar