K.Y.M

Architect

Principal

Freelancer

Urban

Kamis, 30 April 2020

Rumah Bubungan Tinggi
Tampak Samping Rumah Banjar Bubungan Tinggi
Rumah Bubungan Tinggi merupakan rumah adat banjar yang mempunyai tingkatan kasta tertinggi dari seluruh tipe rumah adat banjar yang ada. Rumah Bubungan Tinggi berfungsi sebagai tempat tinggal Sultan Banjar.

Menurut Seman (2001) cirri-ciri Rumah Bubungan Tinggi adalah sebagai berikut:
1.Tubuh bangunan besar yang memanjang lurus ke depan sebagai bangunan induk serta memiliki tiang-tiang yang tinggi.
2.Bagian bangunan yang tampak seperti menempel pada bangunan kiri dan kanan agak kebelakang disebut “Anjung”. Dalam istilah banjar konstruksi ini disebut “Pisang Sasikat” (Pisang Sesisir).
3.Bubungan atap tinggi melancip tersebut disebut “Bubungan Tinggi” dengan konstruksi atap pelana (Zadeldak) yang membentuk sudut sekitar 45 derajat.
4.Bangunan atap yang memanjang kedepan disebut atap “Sindang Langit” dengan konstruksi atap sengkuap (Lessen Aardak).
5.Bubungan atap bagian yang menurun kebelakang disebut atap “Hambin Awan” dengan konstruksi atap sengkuap.


Denah Rumah Banjar Bubungan Tinggi
 Rumah adat banjar tipe Bubungan Tinggi sebagai salah satu bentuk kebudayaan masyarakat selalu mengalami perkembangan. Perkembangan ini sangat dipengaruhi keadaaan sosial budaya masyarakat pada saat itu. Seperti yang terjadi pada rumah banjar tipe Bubungan Tinggi, rumah adat ini mengalami perkembangan setelah kerajaan Banjar runtuh.

Setelah kerajaan Banjar runtuh, mulai terjadi perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Status sosial tertinggi tidak lagi dimiliki oleh kesultanan Banjar. Orang-orang yang mampu dan berperan penting dalam masyarakat mempunyai status sosial yang tinggi walaupun ia bukan dari keluarga kerajaan. Perubahan mulai terjadi di segala bidang salah satunya adalah bidang Arsitektur. Rumah Bubungan Tinggi yang semulanya menjadi tempat tinggal Sultan Banjar mulai dibangun oleh masyarakat biasa yang mampu. Rumah Banjar mulai dibangun oleh para pedagang, petani kaya dan tokoh masyarakat yang mampu. Dari sinilah terjadi suatu proses desakralisasi dalam Rumah Bubungan Tinggi. Rumah Bubungan Tinggi mulai dibangun berdasyarkan keinginan dan kebutuhan pemilik dalam mengekspresikan diri.

Fenomena tersebut dapat dilihat dari beberapa rumah banjar yang dibangun pada akhir abad ke 19. Rumah Bubungan Tinggi rata-rata dibangun oleh masyarakat dari beberapa golongan sperti saudagar, kepala Qadi, kepala distrik dan keturunan kerajaan Banjar.

Hal tersebut dapat kita lihat pada beberapa varian rumah Bubungan Tinggi yang ada dibeberapa. Seperti rumah Bubungan Tinggi  Karamat Baru dibangun pada tahun 1882 oleh H. Hasyim, beliau bukan dari keluarga banjar, demikian juga Rumah Bubungan Tinggi di keratin yang dibangun pada tahun 1850 oleh Sa’aludin beliau adalah seorang kepala Qadi (Kepala Kantor Urusan Agama Islam).
Contoh lain juga dapat kita temui pada rumah Bubungan Tinggi yang ada di Sungai Jingah, rumah ini dibangun oleh penduduk setempat yang masih keluarga Raja Banjar, rumah ini dibangun pada tahun 1891. Tidak jauh berbeda dengan rumah Bubungan Tinggi di Marabahan yang dibangun oleh kakek dari Mawarni sekitar tahun 1875.

Dalam perkembangannya Arsitektur Rumah Bubungan Tinggi terus mengalami perubahan. Perubahan pada arsitektur rumah Bubungan Tinggi meliputi tiga elemen bangunan yaitu Tata ruan, Struktur, dan Ragam Hias (Ornamen).
Peninggalan Bangunan Rumah Banjar Bubungan Tinggi

1.1.Tata Ruang Rumah Bubungan Tinggi
Seiring dengan perkembangan kebudayaan masyarakat banjar, penataan dan kebutuhan ruang rumah Bubungan Tinggi terus mengalami perubahan. Namun perubahan pada aspek ini tidak terlalu signifikan. Ruang-ruang pokok seperti pelataran, penampik besar, palindangan, anjung dan penampik bawah dalam rumah Bubungan Tinggi tetap dipertahankan. Meski demikian, perubahan dan perkembangan ini mampu membentuk varian-varian yang dapat menambah keberagaman dalam arsitektur Banjar.

Varian pertama dapat ditemui pada Rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Jalan Panglima Wangkang Rt. VIII No. 37 Marabahan. Rumah tersebut mengalami perubahan pola dasar tata ruang yang terlihat jelas pada anjung. Posisi anjung pada rumah ini berada pada penampik besar dan palindanga. Menurut seman (2001), bahwa anjung seharusnya berada di kanan dan kiri palindangan serta mempunyai batas baik berupa air guci maupun perbedaan ketinggia. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi anjung sebagai ruang privasi bagi pemilik rumah dan sebagai ruang paling sacral dalam rumah bubungan tinggi. Namun pada rumah ini anjung sudah mengalami desakralisasi ruang dengan terjadinya perubahan letak dan ketinggian.
penambahan ornamen pada batas anjung rumah bubungan tinggi
Dari segi tampilan denahpun rumah Bubungan Tinggi RT. VIII No. 37 Marabahan mempunyai denah yang tidak proposional pada bagian tengah bangunan yang meliputi pelataran, penampik besar, palindangan, penampik bawah, padapuran dan ruang tambahan lebih dominan dibandingkan anjung yang terletak di kedua sisinya.
Denah Rumah Banjar Bubungan Tinggi di Marabahan
Selain menglami perubahan pola dasar tata ruang, dalam perkembanganya rumah Bubungan Tinggi juga mengalami penambahan ruang-ruang tanpa melakukan perubahan dasar denah rumah tersebut. Pola penambahan ruang terdapat pada beberapa varian rumah Bubungan Tinggi yang terdapat pada di Keluraha Keraton, Cempaka, dan Keramat Baru, ketiga rumah tersebut mengalami penambahan baik berupa kamar, pedapuran maupun kamar mandi atau toilet.

Rumah Bubungan Tinggi di Cempaka-Keraton-Keramat Baru
Dari ketiga denah yang disajikan terlihat adanya perbedaan pola penambahan ruang pada masing-masing rumah namun pola dasar utama denah adalah pola dengan tata ruang cacak burung (area yang diarsir).
Rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Cempaka mengalami penambahan ruang pada bagian belakang berupa kamar tidur, dapur, dan kamar mandi atau toilet. Demikian juga yang terjadi pada rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Keramat Baru, penambahan bangunan lebih dominan kea rah samping kanan, penambahan tersebut berupa dapur, pembasuhan, dan kamar mandi.
Penambahan ruang terbesar terjadi pada Rumah Bubungan Tinggi yang terletak di kelurahan Keraton, namun ruang-ruang tambahan tidak jauh berbeda fungsinya seperti rumah di Cempaka maupun di Keramat Baru yaitu berbeda dengan ketiga varian pada rumah Bubungan Tinggi sebelumnya, ketiga varian yang terletak di Sungai Jingah, Teluk Selong, dan Marabahan menampilkan Rumah Bubungan Tinggi yang masih asli dan tidak mengalami perubahan dan penambahan ruang bentuk denah dan susunan ruang pada ketiga rumah ini tetap mengacu kepada bentuk denah dasar rumah Bubungan Tinggi.
Rumah Bubungan Tinggi di Sungai Jingah-Teluk Selong-Marabahan
Rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Desa Teluk Selong ini memiliki pola ruang terdiri atas peletaran, penampik kecil, penampik besar, palindangan, anjung, dan penampik bawah dan pedapuran kemudian dilengkapi dengan karawat serta paciran. Rumah yang sudah menjadi benda cagar budaya ini masih tampak keaslianya.

Demikian halnya rumah Bubungan Tinggi yang terletak di Sungai Jingah. Rumah yang telah dijadikan pemerintah Kotamadya Banjarmasin sebagai Museum ini mempunyai susunan ruang yang sama dengan rumah Bubungan Tinggi Teluk Selong. Perbedaannya hanya  terdapatnya tangga hadapan dan tangga belakang pada rumah Bubungan Tinggi Sungai Jingah yang tidak dimiliki oleh Bubungan Tinggi di Teluk Selong.

Pola denah dengan bentuk cacak burung juga dapat terlihat pada rumah Bubungan Tinggi di Marabahan. Perbedaan terlihat pada letak dan jumlah tangga, pada rumah ini terdapat empat buah tangga yaitu tangga hadapan , tangga belakang, dan dua buah tangga samping.
Walaupun terdapat perbedaan pada tiga rumah ini, namun dapat disimpulkan bahwa ketiganya merupakan contoh rumah bangunan Bubungan Tinggi yang masih tampak keaslianya terutama dari segi pola tata ruangnya.
1.2.Struktur Rumah Bubungan Tinggi
Struktur Rumah Bubungan Tinggi dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu kaki bangunan (pondasi), badan bangunan (rangka dan dinding), serta kepala bangunan (konstruksi atap). System yang digunakan untuk membentuk konstruksi tersebut umumnya menggunakan system barasuk dan diperkuat dengan system sunduk. Pada beberapa varian rumah Bubungan Tinggi menggunakan system konstruksi yang menggunakan teknologi yang lebih maju pada zamannya, yaitu menggunakan system paku dan engsel. Kalimantan Selatan kaya akan hasil alamnya, oleh karena itu bahan yang dominan dipakai untuk mendirikan rumah Bubungan Tinggi menggunakan kayu Ulin yang mempunyai ketahanan lama.

A.Sistem Pondasi
Sistem Pondasi yang digunakan pada rumah Bubungan Tinggi umumnya masih menggunakan beberapa sistem pondasi tanah rawa seperti sistem pondasi tiang pancang, kaca puri maupun pondasi batang besar. Sistem pondasi tersebut dipasang dengan sistem berasuk dan dilengkapi pula dengan sunduk.
SIstem Struktur Balok Berasuk dan Sunduk

Menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang lembab, rumah Bubungan Tinggi umumnya menggunakan sistem panggung. Dengan menggunakan sistem ini, maka kelembabapan udara dalam rumah dapat dikurangi sehingga struktur rumah juga tahan lama.


B.Struktur Kolom dan Balok
Seperti halnya sistem pondasi, sambungan balok dan kolom pada rumah Bubungan Tinggi juga menggunakan sistem berasuk dan sunduk. Rangka bangunan tersebut dipadukan dengan pahatan antara balok yang satu dengan balok yang lainnya sehingga menciptakan adanya pertautan atau sambungan balok yang sangat kuat. Sistem sunduk  atau disebut pula dengan sistem pasak dipergunakan untuk memperkuat sistem berasuk  tersebut sebagai suatu alternative dari penggunaan paku. Ketahanan dengan menggunakan pasak ulin lebih awet dibandingkan dengan menggunakan paku.
Sistem Struktur Barasuk dan Sunduk

Sistem Struktur Barasuk dan Sunduk

Sistem Struktur Barasuk dan Sunduk

 C.Konstruksi Pintu
Pada rumah Bubungan Tinggi konstruksi yang digunakan pada pintu ummunya menggunakan sistem jalu-jalu dan sasunduk tupai-tupai. Sistem ini memang lazim dipakai digunakan  pada rumah-rumah Banjar yang dibangun pada masa lalu. Pada sistem ini digunakan mata uang baik perak maupun tembaga dipasang pada ujung poros lawang untuk mempermudah berputarnya daun-daun lawang.
Adapun pada bagian pengunci penggunaan sistem sunduk dangan nama sasunduk tuapi-tupai.

Konstruksi Pintu Rumah Bubungan Tinggi

 D.Konstruksi Jendela
Jendela pada rumah-rumah Bubungan Tinggi biasanya mempunyai  jarajak dengan jumlah ganjil. Misalnya berjumlah tujuh atau sembulan jarajak. Sebagian rumah Bubungan Tinggi mempunyai jendela dengan kanopi kecil. Kanopi ini berfungsi pula untuk mengurangi  panas matahari yang masuk.


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.

0 komentar:

Posting Komentar

Contact Me

Cari Blog Ini

Adress/Street

jl. HKSN, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin

Phone number

+62 831 4376 0686

Website

www.kym-architect.com